Kerja Itu Harus Bahagia, 5  Cara Mengatasi Masalah Di Tempat Kerja
Sumber: Canva

Finance / 21 December 2023

Kalangan Sendiri

Kerja Itu Harus Bahagia, 5 Cara Mengatasi Masalah Di Tempat Kerja

Puji Astuti Official Writer
731

Banyak orang menemukan lebih dari sekedar mendapatkan penghasilan bulanan dalam pekerjaan mereka, ada hal lain seperti sebuah tujuan, passion dan juga komunitas di tempat kerja mereka. Kerja itu harus bahagia, karena ada sebuah kepuasan yang di dapat dari hasil kerja keras.  

Buat mereka yang sudah mengabdi selama belasan atau puluhan tahun, bahkan pekerjaan menjadi sesuatu yang pribadi bagi mereka. Ada keterikatan yang mendalam antara apa yang mereka kerjakan dan jati diri mereka.  

Tak jarang, interaksi di tempat kerja menimbulkan gesekan dengan rekan kerja atau bahkan atasan. Bagi beberapa orang, akhirnya hal tersebut menjadi sebuah konflik pribadi yang melibatkan emosi, harga diri dan identitas pribadinya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah  bisa kita memisahkan antara pekerjaan dan perasaan kita pribadi? Bagaimana seharusnya profesionalisme dalam pekerjaan itu? 

Sebagai contah, ada seorang manajer yang sudah beberapa tahun menjabat. Dalam evaluasi akhir tahun keberhasilan dan kegagalan timnya, dikaitkan dengan ketidakmampuan dirinya dan membuatnya merasa gagal. Sikapnya yang tegas dan dorongannya yang kuat kepada tim untuk meningkatkan produktifitas berimbas kepada sikap dingin dari rekan-rekan kerjanya. Hal ini menjadi sebuah penolakan yang bersifat personal, dan membuatnya merasa tidak ada dukungan.  

Apakah kondisi ini juga pernah Anda hadapi?  

Pekerjaan adalah bagian penting dari kehidupan kita, hampir sebagian besar waktu kita habiskan di pekerjaan bersama rekan-rekan kerja kita. Bahkan bisa dikatakan porsi waktu yang kita dedikasikan untuk bekerja lebih banyak daripada waktu untuk keluarga kita. Namun penting untuk memposisikan diri dimana menaruh pekerjaan pada proporsinya dan mengurangai curahan emosi disini, sehingga kita tidak mudah digoncang karena situasi pekerjaan. Bagaimana caranya? 

1. Hadapi gejolak tanpa bereaksi. 

Ketika Anda menganggap sesuatu secara pribadi, otak Anda berpikir Anda sedang diserang. Ini memandang situasi sebagai ancaman terhadap kompetensi, posisi sosial, atau bahkan rasa keanggotaan dalam sebuah kelompok. Ini mengaktifkan bagian otak yang bernama amigdala, yang berfungsi mengendalikan emosi dan memicu respons ketakutan. Anda mungkin merasa terluka, defensif, cemas, atau bahkan marah. Meskipun emosi-emosi ini alami dan wajar,  kuncinya adalah "mengendalikan situasi" — mengalami mereka tanpa membiarkan hal tersebut mendefinisikan Anda atau mengatur tindakan Anda. 

Baca juga : 

Keberhasilan Saya untuk Melepaskan Rasa Khawatir Membawa Saya Pada Jalan Keluar

Stop Putus Asa! Ayo Bangkit dari Kegagalan Anda, Ikuti Tips dari Alkitab Ini

Latih untuk mengendalikan emosi Anda, dan tidak bereaksi atau memutuskan sesuatu saat sebuah gejolak terjadi.  Dengan mengenali reaksi Anda dan memisahkan diri dari kejadian itu, Anda melibatkan korteks prefrontal Anda — bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif seperti pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan regulasi emosi. Anda menciptakan ruang antara stimulus (peristiwa pemicu) dan respons Anda, yang memungkinkan Anda bertindak secara konstruktif. 

2. Interupsi internalisasi. 

Sebelum Anda  tersedot dalam perasaan negatif, berhentilah sejenak dan tanyakan pada diri sendiri, "Bagaimana saya mengartikan hal ini (reaksi orang ini, situasi ini, dll.), apa dampanya terhadap saya?" Melalui pola interupsi ini, Anda dapat mendorong diri Anda untuk mengevaluasi asumsi Anda dan melihat situasi lebih objektif. 

Anda juga dapat menantang diri Anda untuk mempertimbangkan setidaknya dua hingga tiga penjelasan alternatif untuk perilaku atau kata-kata seseorang. Misalnya, jika seorang rekan terlihat meremehkan dalam rapat, daripada menganggap mereka tidak menghargai masukan Anda, pikirkan kemungkinan lain. Mungkin mereka mengalami pagi yang sulit atau mungkin mereka tidak sepenuhnya memahami topik yang sedang dibahas. Perspektif yang lebih luas ini dapat mencegah Anda membuat kesimpulan tentang kemampuan Anda sendiri. 

3. Bangunlah sikap positif untuk mengatasi ketakutan Anda. 

Alih-alih menghindari situasi sulit, bangunlah kekebalan secara bertahap terhadap hal tersebut — suatu proses yang disebut desensitisasi. Setiap kali Anda mengizinkan diri Anda mengambil risiko dan mengalami emosi yang tidak menyenangkan, Anda memperluas kapasitas Anda untuk menoleransi ketidaknyamanan dan belajar untuk berhubungan dengannya secara berbeda — dengan lebih banyak ketenangan. Menurut penelitian hal tersebut dapat meningkatkan keberanian Anda hinggan 90 persen. 

Menghadapi situasi sulit dengan ketenangan akan memberikan Anda kekuatan dan membangun rasa kepercayaan diri Anda. Pada tingkat terdalam, membangun kekebalan terhadap ketakutan Anda,  membantu membentuk kembali identitas Anda. Saat Anda terus mengambil kesempatan untuk mengembangkan diri, Anda berpindah dari melihat diri Anda sebagai lemah atau rapuh menjadi meyakini bahwa Anda memiliki kemampuan untuk merespons dengan baik.   

4. Temukan makna dalam kegagalan. 

Ketika sebuah proyek tidak berjalan sesuai rencana, ketika proposal ditolak, atau ketika seorang klien menyatakan ketidakpuasan, mudah untuk menginternalisasi kegagalan ini sebagai kegagalan pribadi, yang pada akhirnya menyebabkan frustrasi dan keraguan diri. Meskipun Anda tidak perlu menyukai kegagalan atau melihatnya sebagai sesuatu yang positif, penting untuk melihatnya dari pendekatan yang berbeda.   

Alih-alih bertanya, "Mengapa ini terjadi pada saya?" fokuslah pada pertanyaan yang lebih konstruktif seperti:  

“Apa yang dapat dilakukan?”  Hal tersebut akan menggeser Anda ke mindset pemecahan masalah bukan mencari siapa yang salah.  

“Apa yang saya harus pelajari dari ini?” Hal ini mendorong Anda untuk mendapatkan pelajaran  dari pengalaman pahit  Anda. 

Bagaimana memanfaatkan situasi ini untuk menjadi lebih baik?” Cara ini akan membantu Anda  meningkatkan adaptabilitas dan ketahanan Anda. 

5. Temukan humor, atau empati. 

Salah satu cara untuk menghadapi masalah atau situasi sulit adalah melihat hal tersebut sebagai lelucon. Anggap saja hal tersebut seperti roasting dalam stand up comedy, menemukan satir komedi dalam kesulitan hidup. Hal tersebut akan membuat Anda lebih mudah mengatasi emosi yang bergejolak.  

Ingatlah, menganggap segala sesuatu secara pribadi di tempat kerja bukan tanda kelemahan, melainkan refleksi dari hasrat, komitmen, dan rasa tanggung jawab Anda yang mendalam. Namun jangan sampai kondisi pekerjaan membuat Anda sakit, stres, atau bahkan menimbulkan konflik di rumah yang mempengaruhi seluruh keluarga Anda. Buat pendekatan yang konstruktif dan obyektif dan nikmati perjalanan profesional Anda di dunia kerja dengan dengan lebih jelas, seimbang, dan efektif. Selamat menikmati hasil jerih payah Anda, dan bagikan sukacita hasil kerja keras Anda dengan keluarga tercinta. Tuhan memberkati.  

Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah. Pengkotbah 3:13 

Sumber : Berbagai Sumber / Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami